Di era digital saat ini, kartu undangan tak hanya
berbentuk kertas atau hardcover. Belakangan ini, mulai populer undangan
pernikahan versi dunia maya atau online invitation. Dengan undangan online,
setiap orang di mana saja bisa mengaksesnya, dengan catatan memiliki koneksi
internet. Tren ini menjadi peluang bisnis yang menggiurkan dan mulai digeluti
sejumlah pelaku usaha. Salah satunya, Datangya.com di bawah naungan PT Media
Antar Nusa (NusaNet). Sebagaimana diberitakan Kompas
(26/11/13), pendiri sekaligus Project Manager Datangya[dot]com, Ade Iskandar menjelaskan, NusaNet mulai mengembangkan undangan online
sejak 2011. Namun, masih menggunakan versi beta, dan untuk kalangan terbatas.
Menurut Ade, misi awal pembuatan undangan online agar
kertas undangan tidak terbuang percuma. "Awalnya, terpikir karena dapat
banyak undangan pernikahan dari teman-teman, tapi sayang, akhirnya harus
dibuang di tong sampah," tutur lulusan lulusan Tekhnik Informatika dari
Universitas Pembangunan Panca Budi, Medan ini. Ternyata, respon masyarakat
cukup baik. Maka, Ade pun mengembangkan software, sehingga undangan pernikahan
dapat dibuat dalam bentuk website dan dengan tempo relatif singkat.
Setelah dicoba di kalangan sendiri dan sistemnya semakin
baik, maka sejak Maret 2012, Datangya[dot]com resmi dirilis ke publik. "Nama Datangya dipilih,
karena kalau kita mengundang orang, pasti ada kata-kata 'datang ya',"
imbuhnya.
Selain itu, Ade masih banyak orang sukses yang menggeluti
bisnis cetak undangan online ini plus perlengkapannya. Di antaranya, penyedia
jasa pembuatan undangan online di Jakarta, Nikko Syoni menggeluti bisnis ini
sejak 2010. Melalui bendera Video Invitation Online (VIO) ia membuat situs www[dot]vio[dot]web[dot]id. Awalnya, VIO menerapkan pembuatan undangan video
pernikahan sistem customize. Jadi, pelanggan mengatur segala tema detil yang
akan hadir dalam video tersebut. Namun kata Nikko, sistem ini tidak efektif,
karena proses penggarapanya butuh waktu hingga satu minggu. Selain itu,
tarifnya relatif mahal, yakni Rp 3,5 juta per 1 menit.
Maka, sejak tahun ini, pria yang berprofesi sebagai
desainer animasi digital ini mengubah konsep pemesanan video undangan
pernikahan menjadi lebih mudah dan praktis. Ia menyiapkan empat template video
undangan yang bisa dipilih pelanggan. Dengan sistem ini, ia bisa menyelesaikan
satu video undangan pernikahan hanya dalam waktu 24 jam. "Durasinya tetap
sama, 1 menit. Sedangkan, tarifnya jauh lebih murah cukup Rp 1 juta,” klaim
pria kelahiran 27 tahun silam ini.
Jasa online juga dilakukan oleh Yanuar Rahman menggeluti
usaha mulai Oktober 2010 di Bandung. Ia mendirikan Vidiyan[dot]com. Ia bercerita, awalnya undangan online dirancang sebagai wadah
informasi pernikahan bagi teman-teman mempelai yang berada di luar daerah atau
di luar negeri. "Kalau pakai undangan nikah biasa kan kita tidak tahu
harus kirim kemana," jelas Yanuar.
Pria yang berprofesi sebagai desainer ini menilai,
kebutuhan undangan online sekarang ini mulai meningkat. Pasalnya, tak hanya
praktis dan efisien, juga tidak terbatas ruang dan waktu. "Dapat dikirim
ke mana saja, kepada siapa saja. Bahkan, bisa diakses melalui smartpone karena
kami mengirimkan link menuju video undangan pernikahan," ujar dia. Ia
optimistis, undangan online akan menjadi alternatif yang diminati untuk menghubungi
orang dari jarak jauh dengan tanpa mengurangi rasa sopan. Itu sebabnya, Yanuar
mendesainnya seperti undangan resmi.
Selain itu, ada satu kreativitas sebagai strategi khusus
yang diterapkan oleh para pengusaha online ini. Setiap penyedia jasa pembuatan
undangan online punya kreativitas yang berbeda-beda dalam merancang undangan.
Ini merupakan cara mereka menarik pelanggan dan bersaing dengan pemain lainnya.
Misalnya, Datangya[dot]com yang menyediakan lebih dari 70 theme (template
undangan). Satu theme dibanderol mulai Rp 150.000 hingga Rp 350.000. Setiap
theme sudah terdapat rangkaian kata-kata seperti pada undangan cetak.
Klien pun bisa memilih tambahan fitur gratis, berupa love
story yang merupakan kisah cinta pasangan calon pengantin, atau pemasangan peta
sistem satelit melalui google map, dan sketsa gambar. Ada pula fitur buku tamu,
sehingga rekan-rekan pasangan dapat menuliskan pesan langsung di sana. Selain
itu, Datangya[dot]com menyediakan fitur special invite, sehingga dalam link
undangan akan tertera nama orang yang diundang secara khusus. Ada pula fitur
private invitation yang berarti hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat
undangan tersebut.
Datangya[dot]com juga menerima pembuatan domain sendiri alias custome
domain sesuai nama pasangan pengantin. Jadi, tampilan di awal domain tidak
menggunakan nama datangya.com. Namun, untuk ini, ada biaya tambahan yang
dipatok mulai Rp 160.000. Seluruh undangan online bisa di-share melalui email, twitter, dan facebook. Ade mengaku, sudah
ada 1.700 pasangan yang menjadi klien Datangya[dot]com.
"Undangan yang terkirim melalui server kami tercatat sudah lebih dari
30.000 undangan," klaimnya.
Katanya, dalam sebulan bisa bertambah sekitar 450 member
baru. Pengguna jasa Datangya[dot]com datang dari berbagai daerah, seperti Medan, Jakarta,
Lampung, Surabaya dan Malang. Bahkan, ada pula warga negara Indonesia (WNI)
yang berada di luar negeri, seperti Amerika Serikat (AS). Jika dihitung
menggunakan biaya rata-rata Rp 200.000 - Rp 350.000 per klien, maka Datangya[dot]com bisa meraup omzet berkisar Rp 30 juta - Rp 50 juta sebulan.
Berbeda dengan Vio.com. Kata Nikko, Vio mengusung versi
video sebagai keunggulan undangan online. Nikko menjelaskan, proses kreatif
diawali pemilihan template oleh pelanggan. Lalu, pelanggan wajib mengirim empat
file foto yang akan ditampilkan dalam video undangan. Dengan begitu, kata
Nikko, pelanggan tidak perlu repot-repot bertatap muka dengan dirinya. Semua
negosiasi dan transaksi dilakukan secara online. “Banyak juga pelanggan saya dari
luar kota. Bahkan, saya pernah melayani pemesanan video undangan pernikahan
dari Australia,” ujar lulusan Cyber Media Collage Jakarta ini.
Setelah pembuatan video rampung, hasilnya diunggah ke
website vio[dot]web[dot]id. Pelanggan akan mendapat tautan (link) dari video
tersebut yang bisa disebarluaskan kepada para undangan. Nah, setiap undangan
bisa melihat tampilan video secara streaming. Nikko mematok tarif Rp 1 juta
untuk pembuatan satu video berdurasi 1 menit di Vio[dot]com. Dari bisnis ini, ia mengaku, bisa meraup omzet hingga Rp 10 juta per
bulan. "Para pemain di bisnis ini paling tidak harus menguasai software
Adobe Creative Suite untuk pembuatan video undangan," ujarnya.
Adapun, Vidiyan[dot]com menawarkan keunggulan desain berupa kartun eksklusif.
Kartun ini bisa bergambar pasangan mengenakan pakaian adat pernikahan ataupun
profesi masing-masing pasangan. Ada empat fitur yang ditampilkan dalam setiap
undangan, yaitu halaman utama, bagian informasi pernikahan, denah lokasi serta
galeri foto pasangan. Kata Yanuar, undangan online akan diunggah ke website
vidiyan[dot]com. Setiap pelanggan akan menerima link yang bisa
disebarkan ke undangan. Ia memberikan kesempatan revisi desain cuma sekali,
sebelum di-publish. Yanuar mematok tarif berkisar Rp 500.000 - Rp 750.000 per
undangan. Dalam sebulan, ia bisa mendapat lima - delapan pelanggan. Dalam
sebulan, ia bisa meraup omzet Rp 4 juta - Rp 6 juta.
0 Komentar
Silahkan berkomentar yang sesuai dengan topik, Mohon Maaf komentar dengan nama komentator dan isi komentar yang berbau P*RN*GRAFI, OB*T, H*CK, J*DI dan komentar yang mengandung link aktif, Tidak akan ditampilkan!